discover how a spicy dish kindles laughter and friendship in the heart of Jakarta.
Id: Di sebuah sudut kota Jakarta yang ramai, terdapat sebuah kedai makanan kecil yang selalu dipenuhi pengunjung.
En: In a bustling corner of Jakarta city, there was a small food stall always filled with visitors.
Id: Siti, seorang gadis yang ceria, duduk bersama dua sahabatnya, Adi dan Budi, di kedai itu untuk menikmati hidangan siang yang lezat.
En: Siti, a cheerful girl, sat with her two friends, Adi and Budi, at the stall to enjoy a delicious lunch.
Id: Hari ini panas sekali ya, Siti berkata sambil mengipas-ngipas diri dengan menu yang terbuat dari kertas.
En: It's really hot today, isn't it? Siti said as she fanned herself with a menu made of paper.
Id: Iya, cuaca Jakarta memang tak bisa ditebak, jawab Budi seraya membuka botol minumnya.
En: Yeah, Jakarta's weather is always unpredictable, Budi answered as he opened his bottle of drink.
Id: Adi, yang sedang memesan makanan, memberi saran, Kita pesan yang pedas-pedas biar keringatnya keluar dan terasa lebih segar.
En: Adi, who was ordering food, suggested, Let's order something spicy so that we can sweat and feel refreshed.
Id: Mendengar ide Adi, Siti merasa tertantang dan memilih hidangan yang terlihat paling menarik di bagian menu pedas. Dia tidak menyadari bahwa dia baru saja memesan hidangan dengan cabai yang sangat pedas.
En: Hearing Adi's idea, Siti felt challenged and chose the spiciest dish on the spicy section of the menu. She didn’t realize that she had just ordered a dish with very spicy chilies.
Id: Ketika makanan tiba, mereka bertiga mulai menikmati pesanan mereka. Siti, tanpa ragu, mengambil potongan cabai yang dia kira tidak terlalu pedas dan memakannya bersama sepotong daging ayam.
En: When the food arrived, the three of them began to enjoy their orders. Without hesitation, Siti took a piece of chili that she thought wasn't too spicy and ate it with a piece of chicken.
Id: Wajahnya seketika berubah merah, dan matanya mulai berkaca-kaca. Ahh! Air, air! serunya sambil gelagapan.
En: Her face instantly turned red, and her eyes began to tear up. Ah! Water, water! she exclaimed in a panic.
Id: Adi dan Budi segera menyadari kesalahan Siti dan berusaha tidak tertawa. Adi bergegas mencari segelas air dingin, sementara Budi mengambil tisu untuk membantunya menghapus keringat di dahinya.
En: Adi and Budi quickly realized Siti's mistake and tried not to laugh. Adi hurried to get a glass of cold water, while Budi grabbed some tissue to help her wipe the sweat off her forehead.
Id: Kamu baik-baik saja, Siti? tanya Adi dengan nada yang berusaha menahan tawa.
En: Are you okay, Siti? Adi asked, trying to hold back his laughter.
Id: Siti hanya bisa mengangguk sambil masih berusaha redakan rasa bakar di lidahnya. Budi, yang juga tidak tahan untuk tidak tertawa, menawarkan sebotol kecap manis.
En: Siti could only nod as she continued trying to soothe the burning sensation on her tongue. Budi, who couldn't help but laugh, offered a bottle of sweet soy sauce.
Id: Katanya, kecap manis bisa meredakan pedas, coba ini, kata Budi.
En: They say sweet soy sauce can alleviate spiciness, try this, Budi said.
Id: Siti yang masih merasa seperti lidahnya terbakar, tidak pikir panjang dan langsung mencoba saran Budi. Alangkah terkejutnya dia ketika rasa pedas itu perlahan mulai mereda.
En: Still feeling the burn on her tongue, Siti didn't think twice and immediately tried Budi's suggestion. She was surprised when the spiciness slowly subsided.
Id: Setelah beberapa menit yang penuh dengan gelak tawa dan usaha bersama untuk menyejukkan lidah Siti, keadaan mulai tenang. Mereka bertiga kemudian melanjutkan makan siang dengan obrolan yang masih terkadang diselingi tawa akan kejadian tadi.
En: After a few minutes filled with laughter and joint efforts to cool Siti's tongue, things started to calm down. The three of them then continued their lunch with conversations occasionally interrupted by laughter about the earlier incident.
Id: Hahaha, Siti, mukamu tadi merah sekali, seperti tomat! canda Adi.
En: Hahaha, Siti, your face was so red earlier, like a tomato! teased Adi.
Id: Budi dan kamu benar, Jakarta panas memang lebih asik kalau ada yang pedas-pedas, tapi aku cukup dulu dengan pedasnya hari ini, kata Siti sambil tersenyum dan mengambil minuman yang lebih aman, es teh manis.
En: Budi, and you are right, Jakarta is more enjoyable with something spicy, but I've had enough of the spiciness for today, Siti said with a smile as she took a safer drink, sweet iced tea.
Id: Di tengah kegembiraan dan hangatnya persahabatan, Siti, Adi, dan Budi merasakan kebersamaan yang tak terlupakan di sudut kota Jakarta yang penuh warna. Mereka tahu, momen-momen seperti ini akan selalu terukir dalam ingatan tentang petualangan kota yang tak akan pernah surut.
En: Amidst the joy and warmth of their friendship, Siti, Adi, and Budi felt an unforgettable togetherness in the colorful corner of Jakarta city. They knew that moments like these would always be etched in the memories of their never-ending city adventures.