In this episode, we'll dive into a flavorful misadventure at an Indonesian market where spices play tricks and friendship shines.
Id: Di sebuah sudut pasar tradisional Indonesia yang ramai, Budi, Anita, dan Rizky baru saja selesai melakukan olahraga pagi.
En: In a bustling corner of a traditional Indonesian market, Budi, Anita, and Rizky had just finished their morning exercise.
Id: Udara pagi yang segar dan semilir angin membuat mereka memutuskan untuk jalan-jalan mencari sesuatu yang bisa memuaskan perut mereka yang sudah keroncongan.
En: The fresh morning air and gentle breeze led them to decide to take a stroll and find something to satisfy their growling stomachs.
Id: Pasar itu penuh dengan warna dan aroma yang menggoda.
En: The market was full of enticing colors and aromas.
Id: Para pedagang memajang dagangan mereka dengan bangga: sayur-mayur segar, buah-buahan tropis yang warna-warni, ikan dan daging-dagingan yang baru ditangkap dan dipotong, hingga aneka jajanan dan kue tradisional.
En: Vendors proudly displayed their merchandise: fresh vegetables, colorful tropical fruits, freshly caught and cut fish and meats, as well as a variety of traditional snacks and cakes.
Id: Anita yang paling mengenal pasar ini, menarik Budi dan Rizky ke lapak favoritnya.
En: Anita, being the most familiar with the market, dragged Budi and Rizky to her favorite stall.
Id: "Ayo, kita beli lontong sayur di sana.
En: "Let's buy some lontong sayur over there.
Id: Mak nyus!
En: It’s so delicious!"
Id: " Teriak Anita antusias.
En: Anita exclaimed excitedly.
Id: Budi dan Rizky menyetujui dan mereka bertiga melanjutkan langkah dengan perut yang berbunyi.
En: Budi and Rizky agreed, and the three of them continued with their hungry stomachs.
Id: Sambil menunggu, Budi yang mata penasaran itu berkeliling ke lapak lain sambil mengamati berbagai makanan.
En: While waiting, Budi, with his curious eyes, wandered to other stalls, observing various foods.
Id: Dalam keasyikannya, dia melihat sesuatu yang terlihat seperti snack manis berwarna-warni yang menjadi perhatian.
En: Engrossed, he noticed something that looked like colorful sweet snacks that caught his attention.
Id: "Hmm, snack apa ini ya?
En: "Hmm, what snack is this?
Id: Sepertinya enak!
En: It looks tasty!"
Id: " pikir Budi sambil mengambil satu dan tanpa ragu langsung menggigit besar.
En: thought Budi as he grabbed one and bit into it without hesitation.
Id: Sesaat kemudian, wajah Budi berubah drastis.
En: Moments later, Budi's face changed drastically.
Id: Matanya membesar, wajah merah padam, napas tersengal-sengal.
En: His eyes widened, his face turned bright red, and he gasped for breath.
Id: Ya ampun, itu bukanlah snack, tapi cabai rawit yang sangat pedas!
En: Oh my goodness, that wasn't a snack but a very spicy chili pepper!
Id: Anita dan Rizky yang tadinya sibuk memilih lontong sayur, langsung tertawa terbahak-bahak melihat kelucuan yang tidak terduga itu.
En: Anita and Rizky, who had been busy choosing lontong sayur, burst into laughter at the unexpected and amusing scenario.
Id: "Budi, kamu kira cabai rawit itu snack manis?
En: "Budi, did you really think that chili pepper was a sweet snack?"
Id: " tanya Anita sambil terus terkekeh.
En: asked Anita, still giggling.
Id: Rizky cepat-cepat mengambil air putih dari tasnya dan memberikannya kepada Budi seraya mencoba menahan tawa.
En: Rizky quickly took a bottle of water from his bag and offered it to Budi, trying to hold back his laughter.
Id: "Minumlah, Budi.
En: "Drink this, Budi.
Id: Itu akan membantu mengurangi pedas," katanya sambil menepuk-nepuk punggung Budi yang masih terbatuk-batuk.
En: It will help reduce the spiciness," he said, patting Budi's back as he continued to cough.
Id: Budi, yang masih mengepulkan asap dari telinganya karena pedas, akhirnya bisa tertawa juga.
En: Budi, still fanning the heat away from his tongue, eventually joined in the laughter.
Id: "Aku harusnya lebih memperhatikan," katanya sambil mengambil pelajaran dari kejadian itu.
En: "I should have been more attentive," he said, learning from the incident.
Id: Tak lama setelah kejadian itu, lontong sayur pun siap disajikan dan mereka bertiga duduk di sudut pasar, menikmati sarapan yang sederhana namun hangat dalam persahabatan.
En: Shortly after the incident, the lontong sayur was ready, and the three of them sat in a corner of the market, enjoying a simple yet warm breakfast among friends.
Id: Budi, yang masih merasakan panas di lidahnya, tentu saja melewatkan sambal pagi itu.
En: Budi, still feeling the heat on his tongue, certainly skipped the morning chili paste.
Id: Mereka tertawa, makan, dan berbagi kehangatan di pagi yang cerah.
En: They laughed, ate, and shared warmth on that bright morning.
Id: Sejak hari itu, setiap kali melewati lapak cabai rawit, Budi selalu mengingatkan dirinya sendiri untuk berhati-hati.
En: From that day on, every time they passed by the chili pepper stall, Budi always reminded himself to be cautious.
Id: Dan tentu saja, Anita dan Rizky tidak akan membiarkan dia lupa akan insiden lucu itu.
En: And of course, Anita and Rizky would never let him forget that funny incident.
Id: Kisah ini menjadi cerita yang sering mereka tertawakan bersama setiap kali berkunjung ke pasar tradisional.
En: This story became a frequent source of laughter whenever they visited the traditional market.
Id: Dengan perut yang kenyang dan hati yang riang, mereka melanjutkan hari dengan penuh semangat.
En: With satisfied stomachs and joyful hearts, they continued their day with enthusiasm.
Id: Dan bagi Budi, kejadian itu tidak hanya menjadi pelajaran mengenal makanan, tapi juga mengingatkannya akan indahnya persahabatan yang ditemukan di sudut pasar tradisional yang ramai itu.
En: For Budi, the incident not only taught him about food but also reminded him of the beauty of the friendship found in that bustling corner of the traditional market.